Pendahuluan
Pada abad 21 di era Revolusi Industri 4.0 dan
Society, berbagai tantangan disetiap lini
muncul tak terkecuali dalam ranah literasi. Kondisi era dunia industri digital telah menjadi suatu
paradigma dan acuan dalam tatanan kehidupan saat ini. Era revolusi industri 4.0 hadir bersamaan
dengan era disrupsi yang sejak tahun 2017 mulai direspon serius kalangan
terdidik. Untuk menghadapi revolusi industri 4.0 atau era disrupsi diperlukan
“literasi baru” selain literasi lama. Kemampuan literasi lama yang ada saat ini dijadikan modal untuk berpartisipasi
dalam
kehidupan masyarakat. Literasi data, teknologi, dan bakat perlu dibenahi
melalui
pendidikan tinggi yang dapat diintegrasikan ke dalam pembelajaran.
Guru merupakan suatu komponen terpenting dalam dunia Pendidikan, dimana
guru sendiri memiliki berbagai peranan penting terhadap peserta didik. Penguatan
literasi baru pada guru dan dunia pendidikan menjadi penting karena sebagai
kunci perubahan. Pendidik harus menjadi guru digital, paham komputer, dan bebas
dari penyakit akademis. Tujuannya adalah mewujudkan generasi berkompetensi
tingkat tinggi, karakter dan literasi untuk menjawab tantangan era Revolusi
Industri 4.0 dan Society. Untuk membentuk karakteristik generasi yang berkompetensi,
berkarakter, memiliki kemampuan literasi baru, dan keterampilan berpikir
tingkat tinggi maka harus ada upaya dan langkah-langkah jitu, dan situlah
peranan guru menjadi sangat penting.
Pembahasan
Berbicara mengenai Literasi mungkin sudah tidak asing bagi kita. Tapi
jika ditanya mengenai apa itu literasi mungkin pendek kata kita memahami
literasi sebagai bentuk tulis menulis. Memang hal itu tidak salah, akan tetapi
makna literasi sendiri cukup luas terlebih dengan berbagai macam literasi yang
ada di era digital ini. Istilah
literasi sudah mulai digunakan dalam skala yang lebih luas tetapi tetap merujuk
pada kemampuan atau kompetensi dasar literasi yakni kemampuan membaca serta
menulis (Ibnu Adji Setyawan, 2018: 1). Menurut KBBI (2019: 123), literasi
adalah sesuatu yang berhubungan dengan tulis menulis. Dalam paradigma pemikiran modern, literasi dapat diartikan sebagai kemampuan
mengungkapkan secara jelas segala fenomena melalui huruf melalui membaca dan menulis.
Sejarah literasi digital dikemukakan pertama kali oleh Paul
Gilster. Literasi digital merupakan
kemampuan memahami dan menggunakan informasi dari berbagai sumber digital (Paul
Gilster, 1997:2). Paul menyatakan bahwa keterampilan digital adalah kemampuan
untuk menggunakan teknologi dan informasi dari
individu digital secara efektif dan efisien
dalam konteks yang berbeda, seperti pekerjaan, studi, dan kehidupan
sehari-hari. Sementara (Hague, 2010:10) berpendapat bahwa literasi digital adalah kemampuan
berbagi dan membuat dalam bentuk dan metode yang berbeda, berkolaborasi, dan
berkomunikasi lebih efektif, serta memahami bagaimana dan kapan menggunakan
teknologi digital yang baik untuk mendukung proses tersebut. Sejalan dengan
pendapat para ahli di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kompetensi digital
adalah kemampuan untuk memanfaatkan dan menggunakan berbagai jenis perangkat teknologi
informasi dan komunikasi untuk memahami, membaca, menulis, dan menciptakan
pengetahuan baru.
Lahirnya komunitas digital berbasis pengetahuan, terutama dalam hal
literasi telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek. Peran guru dalam
pembelajaran di era digital menuntut keahlian guru untuk menerapkan solusi yang
tepat terhadap berbagai permasalahan dan juga membutuhkan kemampuan beradaptasi
dengan perubahan lingkungan sekolah. Di era digital dibutuhkan guru yang mampu
beradaptasi dengan zamannya. Guru juga
dituntut paham mengenai digital, paham komputer, dan bebas dari penyakit
akademis. Tujuannya mewujudkan generasi berkompetensi tingkat tinggi, karakter
dan literasi untuk menjawab tantangan era Revolusi Industri 4.0 dan Society
5.0. Peran guru terhadap
literasi di era digital sangatlah komplek, guru harus memposisikan dirinya
sebagai tokoh yang dapat menginspirasi anak didiknya terhadap pentingya
literasi di era digital ini, selain itu juga guru harus bisa menguasai era
digital ini dimana semua hal yang terkait baik itu pembelajaran atau lainya
tidak pernah lepas dari teknologi. Peran guru dalam pembelajaran literasi lebih
ditekankan pada kreativitas dan inisiatif.
Penutup
Pada kesimpulanya literasi telah
berkembang begitu pesat terutama diera digital ini dimana teknologi menjadi
suatu yang penting. Disini guru dituntut dalam banyak hal selain juga mempunyai
peranan yang sangat penting. Setidaknya guru harus paham mengenai digital dan
tidak gagap teknologi, hal ini tentunya bertujuan agar bisa mewujudkan generasi
yang berkompetensi tinggi baik dari segi karakter literasi dll sebagai
tantangan dalam menjawab era digital.
Daftar Pustaka
Ahmadi, Farid, Ibda Hamidulloh. Konsep dan Aplikasi Literasi Baru di Era Revolusi Industri 4.0 dan
Society 5.0.
Semarang: CV. Pilar Nusantara.
Gister, Paul
(1997). Digital Literacy.New York: Wiley.
Hague. Cassie dan
Sarah Payton. 2010. Digital Literacy Across The Curriculum a Futurelab Hndbook.
Ibda, Hamidulloh (2018). "Penguatan Literasi Baru pada Guru Madrasah
Ibtidaiyah dalam Menjawab Tantangan Era Revolusi Industri 4.0". JRTIE: Journal of Research and Thought
on Islamic Education.
KBBI, (2019).
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Online diakses tanggal 25 Oktober 2020.
Wartono, (2016).
peran guru di era digital, (UPBJJ-UT,Yogyakarta)
0 Komentar