BUAH CINTA DARI SEBUAH PENGABDIAN

 

                     



                             Wabil Hurmati Intafa’u    #    Wabil Hidmati Irtafa’u ”

       “ Dengan hormat ilmu akan bermanfaat,  Dengan hidmat derajat akan di angkat ”

        Sebuah Slogan yang tidak lagi asing  bagi dirinya. Entah sudah berapa kali ia mendengarnya, tapi terakhir kali ia mendengarnya, kata-kata Mutiara itu terlontar dari kalam sang kyai meski dengan Bahasa dan konteks berbeda. Perlahan demi perlahan ia mulai mencoba meresapi kata-kata tersebut dan mulai menjadikanya sebuah pedoman di dalam hati. Satu keyakinan yang terus membara dan tidak akan pernah padam dalam qalbunya, tentang sebuah kepercayaan bahwa kelak Ketika tiba waktunya Allah pasti akan memberi ganti dan membalas apa yang ia kerjakan.

7 tahun bukanlah waktu singkat. Apalagi dijalani dengan sebuah pengabdian. Sapu, ember , bau kotoran sapi sudah menjadi makanan setiap harinya. Ketika fajar mulai terbit ia sudah harus mengecek sapi-sapi dikandang, memastikan asap dari obat nyamuk masih menyala.  setelah sholat subuh, ia harus sudah bersiap naik mobil kol yang nantinya kan dibuat membeli janggel jagung sebagai pakan sapi. Pagi harinya ia harus ready dengan baju kotor agar nantinya Ketika memandikan sapi . sementara saat siang ia sudah harus mengarit rumput sebagai persiapan buat pakan sapi Ketika sore. Ia baru bisa beristirahat Ketika cahaya panas matahari mulai redup. Begitulah aktifitas-aktifitas seharinya bergelut dengan kerja keras dan penuh keihlasan, hal ini semata-mata ia lakukan sebagai bentuk pengabdian terhadap sang kyai.

Pernah suatu waktu ia teringat akan pertanyaan-pertanyaan pamanya yang begitu menyakitkan hati.   “Jika begini terus hidupmu, maka akan jadi apa kamu nanti?”,  “bukankah kyai hanya memanfaatkan.mu sebagai khodamnya?”,  “ kapan nanti waktunya kamu akan menikah jika lambat laun umurmu terus menua?”.  pertanyaan-pertanyaan itu sewaktu-waktu berkecamuk dalam hatinya. dalam keadaan itu ia hanya bisa diam, menepis jauh-jauh anggapan-anggapan miring tentang dirinya. Bagaimanapun ia sendiri yang menjalani hidupnya,Ia tidak mau pondasi keyakinan yang telah ia bangun runtuh hanya dengan perkataan-perkataan tersebut. Ia percaya bahwa kelak pasti akan ada waktunya ia selesai dari pengabdianya dan memetik buah hasil dari khidmat.

                      “ Mi, Fahmi. ditimbali Kyai ”

 Seakan terbawa oleh arus masa lalu, ia sampai tidak mendengar pangilan udin terhadapnya yang sudah ada disampingnya.

  “ ngelamun op otoh Mi, ikulo di timbali kyai ” fahmi tersadarkan saat tangan udin menepuk pundaknya.       

  “ eh y din, sebentar saya mau  membersihkan badan dahulu, tidak elok kalau ditimbali kyai masih bau kotoran sapi ”.   sembari melangkahkan kakinya pergi, fahmi menebak-nebak sebenarnya ada apa  kyai memanggil dirinya?,  apakah ada sesuatu yang penting?, menigingat selama ini ia jarang ditimbali kyai.

                                                                    *****

                  Dua orang Wanita berjilbab dari kejauhan terlihat berboncengan mengendarai sepeda motor, Melajukan motornya melintas diatas aspal hitam. perlahan demi perlahan Ketika diamati  laju sepeda motor mereka mulai pelan sepertinya ada sesuatu diantara mereka.

     “ Saidah, tolong berhenti sebentar!.  Sepertinya barusan dompetku baru saja jatuh ”

Orang yang dipangil Saidah yang sedang mengendari sepeda motor segera menghentikan kendaraanya. Keduanya segera menepikan kendaraanya di bahu jalan

      “ loh, apakah benar Zahra dompetmu tadi Jatuh? ”   

     “ kurasa begitu Saidah, tapi aku tidak tahu pasti dimana tadi dompetku terjatuh ”.

Keduanya memandang lurus kearah jalanan yang terlihat lenggang. Meski begitu mereka tidak menemukan tanda-tanda dompet yang dimaksud.  Muka Zahra terlihat tegang. Bagaimanapun dompet itu berisi sesuatu yang berharga. ATM, UANG, SIM, dan juga kartu tanda pengenal berada di dalamnya. Ia tidak membayangkan bagaimana jika dompet itu benar-benar hilang.

Tiba-tiba seorang laki-laki yang tidak mereka kenal berhenti di dekat keduanya.

    “ maaf ukhti, kalau boleh mengerti ada masalah apa? Kelihatanya kalian berdua terlihat bingung ”       

    “ ini sahabatku, katanya tadi dompetnya terjatuh tapi entah dimana ”

    “ tadi saya sekilas melihat sebuah benda jatuh, entah apa itu, lantas diambil oleh sopir mikrolet. Mungkin itu adalah dompet yang ukhti maksut ”     pemuda itu memberhentikan perkataanya lantas melanjutkanya lagi.

    “ tapi tenang, sebentar lagi mikrolet tersebut pasti akan lewat sini ”

Tidak lama berselang mikrolet yang dimaksud pemuda itu akhirnya dating. Saidah dan Zahrah hanya bisa terdiam saja di samping pemuda itu dengan harap cemas semoga yang dimaksud pemuda itu benar.  Pemuda disamping mereka  segera melambaikan tanganya, berusaha menstop mikrolet kuning yang lewat di depan mereka. Tanpa mereka duga mikrolet tersebut terus berjalan tanpa menghiraukan lambaian tangan. Tapi dengan cekatan pemuda yang tidak mereka ketahui Namanya berlari mengejar sembari memegangi kaca pintu samping mikrolet.

    “ he mas, apa tidak bisa sopan sedikit. Tindakan anda bisa mencelakai penumpang ”

 sopir itu marah-marah sembari memaki pemuda yang menghentikan mikroletnya dengan paksa.

     “ maaf pak, tapi tadi saya sudah melambaikan tangan agar bapak berhenti. Tapi bapak dengan sengaja tidak mengubrisnya ”

     “ saya lihat tadi pak sopir mengambil sebuah benda yang jatuh ditengah dijalan, apakah betul benda itu adalah sebuah dompet milik ukhti ini yang tadi terjatuh ”

     “ eh jangan asal nuduh mas. Saya tidak tahu menahu dan tidak mengambil apa-apa ” tiba-

tiba sang sopi berkata dengan nada keras. Saidah dan Zahra hanya bisa mendengarkan perkataan keduanya dari belakang. Dari apa yang Zahra amati kelihatanya sang sopir berbohong terhadap perkataanya dan menyembunyikan sesuatu. Karena jelas pemuda didepanya bertanya baik-baik dan tiba-tiba sopir berlagak keras Ketika pemuda itu menyinggung mengenai barang yang jatuh dijalan. Apa benar sopir itu telah mengambil dan menyembunyikan dompetnya yang terjatuh dijalan? Tapi Zahra tidak langsung mengambil kesimpulan seperti itu karena memang tidak ada bukti.

Seakan mengerti apa yang ada dipikiran Zahra, pemuda di depanya berkata kepada sang sopir sembari menunjuk suatu benda.

      “ apakah hp di samping kemudi itu milik bapak?, kenapa ada dua hp disana, dimana salah satu hp itu dipisahkan dari baterinya?, apakah benar hp itu milik bapak? ”

pemuda itu memang tidak menemukan sebuah dompet seperti apa yang ia maskud. Tapi pemuda itu menaruh curiga pada sebuah hp android yang terpisah dari baterainya, apalagi hp itu adalah hp android yang bermerek. Seperti yang jama’ diketahui seorang sopir jarang mengunakan hp android saat bekerja, hp yang digunakan sekedar hp jadul yang hanya bisa dibuat sms dan telfon. Raut muka sang sopir mendadak berubah, ia terlihat seperti kebingungan mencari alas an, dengan terbata-bata sang sopir itu menjawab

     “ se- sebenarnya i-tu, mi-milik... ”  sebelum sopir menyelesaikan perkataanya Zahra sudah maju terlebih dahulu kedepan melihat barang bukti yang dimkasud.  Dan betapa terkejutnya Zahra bahwa Hp yang di sebut adalah miliknya. Zahra sampek bergumam mudah sekali sopir ini berbohong menutupi kelicikanya, mengambil hak yang tidak semestinya ia miliki. Seharusnya jika ia mengambil barang yang terjatuh dijalan ia segera mengembalikanya jika orang yang kehilangan itu mencarinya, tapi apa yang dilakukan sopir ini sungguh tidak mencerminkan akhlak islami, ia rela berbohong, bahkan sampek menutupi sesuatu yang semestinya bukan haqnya.

     “ semuanya sudah jelas pak. mohon bapak mengembalikan dompet beserta isinya yang tadi bapak pungut dijalan, karena sejatinya itu adalah milik saya ”  Zahra meminta agar sang sopir mengembalikan apa yang menjadi miliknya karena bukti memang sudah jelas dan sopir tidak bisa mengelak lagi.  

Ternyata dompet yang dicari Zahra disembunyikan Sang sopir dibawah kolong kemudi. dengan liciknya sang sopir memisahkan hp itu dari dompetnya, bahkan sopir sengaja melepas baterai hp dari ponsel agar hp itu tidak bisa dilacak dan tidak bisa dihubungi. Tapi karena itu juga lah akhirnya kebohongan sopir terbongkar.

Zahra akhirnya merasa lega dompet dan seluruh isinya berhasil ditemukan. Dompet tersebut sangat berharga bagi Zahra karena di dalamnya ada barang-barang penting,seperti ATM,KTP,SIM, dan uang. Ia sangat berterima kasih banyak kepada pemuda yang dengan ikhlas telah menolongya. Tapi sebelum ia memalingkan pandanganya dan ingin berterima kasih pada pemuda tersebut, tiba-tiba pemuda tersebut sudah meninggalkan mereka berdua.

     “ Saidah, kenapa pemuda tersebut keburu pergi padahal aku belum mengucapkan terima kasih kepadanya ”

     “ aku tidak tau Zahra, sepertinya pemuda itu terburu-buru, kita bahkan belum mengerti siapa Namanya ”

      “ iya, aku sangat berhutang budi sekali pada pemuda itu ”.

                                                                        

                                                                           *****

                   Zahrotul Kamaliyah, itulah nama perempuan tersebut. Seorang wanita sempurna yang dididik dan dibesarkan dilingkungan pesantren. Sejak kecil ia telah didik ayahnya sehingga menjadi pribadi yang cerdas. Sudah banyak lomba yang ia menangkan, baik itu lomba qiroatul kutub atau bahkan sekelas munadoroh ilmiah tingkat kota. Bahkan dalam waktu dekat ini dia akan di wisuda dan menjadi santriwati terbaik dipesantrenya. mungkin kecerdasan yang dimilikinya menurun dari ayahnya. Soal kecantikan jangan di tanyakan, ayahnya yang memiliki wajah putih dan tampan pun juga ibunya yang memiliki paras cantik, itulah gambaran perpaduan kecantikan yang dimilikinya. Tidak sedikit laki-laki yang naksir denganya. Bahkan ada juga yang telah melamarnya akan tetapi ia tolak.

Hal inilah yang membuat Zahra gelisah. Bukankah dengan memiliki wajah yang cantik dan otak yang cerdas seorang akan sangat Bahagia?, akan tetapi itu tidak berlaku bagi Zahra karena itu juga membuatnya dilema, ada banyak lamaran yang datang kepadanya tapi dari banyaknya lamaran itu belum ada yang cocok menurutnya. Apakah Zahra mencari laki-laki yang sangat pintar dan cerdas melampaui dirinya?, apakah ia menjcari seorang laki-laki yang sangat tampat seprti seorang yang berwajah kearab-araban?, tidak. Zahra tidak mencari laki-laki yang sempurna seperti yang kebanyakan orang bayangkan, baginya ia sangat bersyukur jika mendapatkan laki-laki yang dapat menjadi imam bagi dirinya, berbudu pekerti baik dan barakhlaqul karimah, hanya itu yang sejatinya Zahra inginkan, tidak lebih. Tapi apakah semua lamaran itu tidak cocok baginya?. Seakan mengerti apa yang tengah di pikirkadn sahabatnya akhirnya saidah bertanya

          apa yang sebenarnya kamu pikirkan ra?, apakah kamu masih memikirkan lamaran seseorang? “ 

          “ kamu benar saidah, aku tengah memikirkan lamaran seseorang, David namanya. Aku mengerti David adalah seorang lulusan turkey, ia juga telah menjadi manager dari sebuah perusahaan milik ayahnya, tapi aku merasa belum bisa menerima ”

           “ kenapa ra ? ” 

           “ ia memang memiliki prestasi akademik tinggi tapi tidak dengan moralnya. Aku tidak hanya asal menilai, tapi aku juga telah menyelidiki sendiri bagaimana kebiasaan dan kelakuanya. Ia terlihat sering berjalan dengan Wanita, meski entah aku sendiri tidak tau apakah itu karyawanyanya atau hanya sekedar temanya. Aku tidak peduli apakah laki-laki itu memiliki prestasi akademik tinggi, jika akhlaq dan moralnya buruk maka aku tidak bisa menerimanya  dah ”        

         “ lantas apakah kamu sudah memberi tahukan masalah ini kepada ayahmu?, apakah ayahmu sudah tau jika kamu akan menolak lamaran ini Zahra? ”  

       “ aku belum memberitahukan masalah ini kepada ayahku dah, aku masih belum berani mengungkapkanya,, karena banyak lamaran yang telah aku tolak dan ini menjadi lamaran kali ini menjadi patokan, jika ternyata lamaran ini aku Kembali tolak, maka terpaksa ayahku sendiri yang akan menjodohkan ”

Zahra hanya bisa termenung diri sendiri, ia duduk didalam kamarnya sembari memandang keluar jendela, ia melihat kupu-kupu menapak di atas daun.

 ‘sungguh indah kupu-kupu itu tebang indah dengan bebasnya. Andaikan aku memiliki sayap sepertinya aku pasti akan terbang memilih sendiri laki-laki yang menjadi imamku’ .

 

                                                                             *****  

                 Dilain tempat Fahmi dari kejauhan melihat sahabatnya, udin yang berlari-lari kecil kearahnya.       “ Kang Fahmi, Kang Fahmi ”   

         “ ono op otoh din, kok sampai lari-lari gitu ”

         “ sampean sudah ditunggu kyai kang, katanya disuruh macak yang rapi dan ganteng. Juga disuruh cepat katanya ”

         “ sebener.e ono op otoh kang, sampek kyai nyuruh kang Fahmi macak ganteng ?, sebener.e kang Fahmi arep lungo karo kyai tekan ndi ” tanya udin yang kelihatanya penasaran.

          “ aku y ora ngerti din, kamu mengerti toh Ketika minggu kemarin kamu disuruh kyai untuk memanggil saya, kyai hanya mengatakan seesok melu aku lung oleh, dan tidak mengatakan akan pergi kemana ”

           “ oalah ngunu to kang, y wis kang wis ditunngu kyai di ndalem ”

Setelahnya fahmi kemudian bergegas dan bersiap untuk segera pergi ke ndalem kyai. Di ndalem. Di depan ndalem kyai, Fahmi tidak menduga jika kyai Arwani telah mempersiapkan dua buah mobil untuk mereka pergi. Fahmi tidak tau sebenarnya ia dan rombongan akan pergi kemana, ia kemudian menanyakan Kembali. 

              “ Ajenge ten pundi kito lan rombongan kyai?”

              “ sudah nanti kamu akan mengerti sendiri, seng penting awakmu wes macak ganteng lan rapi ”

 

                                                                    *****

Tidak beberapa lama Fahmi dan rombongan kyai telah sampai dirumah seseorang, Fahmi mungkin asing dan tidak mengenal rumah siapa itu, tapi tidak demikian Kyai yang sudah Familier dimana ia sekarang dan rombongan.nya, bahwa rumah ini adalah rumah sahabat sekaligu junior kyai waktu masih mondok dikaliwungu. Fahmi pasti bahkan tidak mengerti rencana kyai bahwa sebenarnya hari ini adalah buah hasil hidmatnya (pengabdianya selama ini). Karena hari ini Fahmi akan dijodohkan terhadap seseorang.

Sementara di balik dinding sebuah kamar, satu ruangan didalam rumah tersebut.  Zahra masih belum selesai melaksanakan sholat hajatnya. Dalam doanya ia meminta kepada Allah agar siapapun yang akan menjadikanya imamnya, seorang tersebut mempunyai akhlaq dan moral yang baik, yang nantinya dapat menuntut keduanya kejalan yang di ridhoi Allah. Ia sudah pasrah akan dijodohkan ayahnya dan ia akan menerima siapapun pilihan ayahnya, ia percaya ayahnya pasti memilihkan pemuda yang solih, yang mempunyai akhlaq dan budi pekerti yang luhur. Doa’nya  segera ia hentikan Ketika ibunya memangilnya

           “ Zahra, ayo metu nak, calon.mu wes ngenteni nk ngarep ” ibu Zahra berkata sambil membuka pintu kamar.

            “ ngeh Ummi ”

Zahra mulai gugup melangkahkan kaki demi kaki. Tak tahu ia sebenarnya dengan siapa ia jodohkan, tapi setelah keluar dari kamarnya betapa kagetnya ia bahwa pemuda yang dijodohkan dengan.nya adalah pemuda yang dilain hari pernah menolongnya. Pemuda itulah yang di tempo hari menghantui pikiranya. pemuda tersebut juga yang terus membayang-bayangi pikiranya, sebenarnya siapa pemuda tersebut. Pemuda yand dengan ikhlas menolong orang yang tidak dikenal, pemuda yang memiliki tutur kata halus dan ahlaq yang baik, dan kini pemuda tersebut berada didepanya, hari ini juga Zahra mengetahui bahwa pemuda tersebut  Bernama KHOIRUL FAHMI.

Posting Komentar

0 Komentar